KONFLIK ORGANISASI
1. Pengertian Konflik
Konflik
berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling
memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu
proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah
satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau
membuatnya tidak berdaya. Konflik biasanya diberi pengertian sebagai satu
bentuk perbedaan atau pertentangan ide, pendapat, faham dan kepentingan di
antara dua pihak atau lebih. Pertentangan ini bisa berbentuk pertentangan fisik
dan non-fisik, yang pada umumnya berkembang dari pertentangan non-fisik menjadi
benturan fisik, yang bisa berkadar tinggi dalam bentuk kekerasan (violent),
bisa juga berkadar rendah yang tidak menggunakan kekerasan (non-violent).
Konflik disebabkan karena adanya pertentangan yang
timbul di dalam seseorang (masalah intern) maupun dengan orang lain (masalah
ekstern) yang ada di sekitarnya. Konflik dapat berupad perselisihan (disagreement),
adanya keteganyan (the presence of tension), atau munculnya
kesulitan-kesulitan lain di antara dua pihak atau lebih. Konflik sering
menimbulkan sikap oposisi antar kedua belah pihak, sampai kepada mana
pihak-pihak yang terlibat memandang satu sama lain sebagai pengahalang dan
pengganggu tercapainya kebutuhan dan tujuan masing-masing.
Konflik/ permusuhan merupakan
proses sosial yang biasa terjadi ketika pihak yang satu berusaha menyingkirkan
pihak lain dengan cara menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya. Permusuhan
atau konflik diawali dengan adanya perbedaan atau persaingan yang serius
sehingga sulit didamaikan atau ditemukan kesamaannya. Sebenaranya konflik dapa
sangat wajar terjadi dalam sebuah interaksi sosial.
2. Jenis dan Sumber Konflik
1 . Konflik menyangkut informasi
Pada banyak kejadian, pihak-pihak yang berkonflik tidak memiliki informasi yang
cukup, atau bahkan tidak meiliki informasi yang sama tentang suatu situasi.
Mengumpulkan dan mengklarifikasikan fakta-fakta yang diperlukan dapat menolong
meredakan ketegangan yang terjadi.dalam situasi berbeda,pihak-pihak yang
bertikai menafsirkan informasi dengan cara yang berlainan atau memberikan bobot
kepentigan yang berbeda terhadap informasi yang sama. Diskusi yang terbuka dan
masukan dari pihak yang dapat dipercaya akan membantu dalam menilai relevansi
dari informasi yang tersedia.
2. Konflik menyangkut Sumberdaya
Konflik menyangkut berbagai sumberdaya seperti tanah, uang atau benda lain
biasanya mudah diidentifikasikan dan sering diselesaikan lewat jalan
tawar-menawar / negosiasi. Namun, kadang-kadang walaupun dipermukaan
pihak-pihak yang berkonflik seolah saling mempertikaikan sumberdaya tertentu,
tetapi sesungguhnya konflik itu menyangkut suatu perkara lain, mungkin tentang
relasi atau kebutuhan psikologis salah satu atau kedua belah pihak
3. Konflik tentang Relasi
Dalam hubungan keluarga, kemitraan bisnis atau organisasi kemasyarakatan, orang
sering berselisih pendapat tentang berbagai perkara, tetapi kadang-kadang
saling ketergantungan yang tercipta oleh relasi mereka itu melahirkan dimensi
destruktif pada aneka perbedaan yang terjadi yang semestinya mudah
diselesaikan. Berbagai kejadian dimasa lampau atau kesan dan prasangka yang
sudah terbentuk selama bertahun-tahun dapat membuat orang menjadi sangat kaku
atau tidak mau mencoba menempuh solusi yang sangat jelas yang berkaitan dengan
tujuan, peranan, tangung jawab, dan perbedaan pandangan yang ada.
4. Konflik menyangkut Kepentingan atau Kebutuhan
Aneka kebutuhan manusiawi yang penting dan kuat seperti kebutuhan akan jati
diri, harga diri, atau partisipasi seringkali menjadi inti konflik yang di
permukaan terkesan seperti persaingan menyangkut benda-benda materi belaka.
Kesempatan yang konstruktif bagi individu atau kelompok masyarakat untuk
mengungkapkan aneka kebutuhan mereka dan merasakan bahwa diri mereka telah
didengarkan seringkali amat menentukan dalam mengatasi jenis-jenis kebutuhan
ini. Pemecahan jangka panjang terhadap suatu konflik yang berkisar pada
sumberdaya seringkali ditentukan baik oleh penguasa aneka kepentingan atau
kebutuhan orang-oarang yang terlibat maupun oleh pembagian berbagai sumberdaya
tersebut secara adil.
5. Konflik Menyangkut Struktur
Struktur kemasyarakatan dan organisasi menentukan siapa yang memiliki akses
pada kekuasaan atau sumberdaya, siapa yang wajib memberi hormat kepada siapa,
dan siapa yang memiliki wewenang untuk membuat berbagai keputusan. Konflik menyangkut
atau di dalam struktur seringkali melibatkan persoalan tentang keadilan dan
tujuan-tujuan yang saling tidak sejalan. Konflik-konflik semacam itu seringkali
menuntut usaha bertahun-tahun untuk menghasilkan perubahan yang konstruktif.
6. Konflik Menyangkut Nilai-Nilai Hidup
Berbagai nilai hidup dan keyakinan dibentuk oleh pengalaman hidup dan iman
kepercayaan. Karena ancaman terhadap nilai hidup seseorang seringkali dipandang
sebagai ancaman terhadap jati dirinya, maka konflik-konflik menyangkut nilai-nilai
hidup biasanya paling sulit dipecahkan. Kebanyakan orang bereaksi secara
defensif terhadap ancaman semacam ini dan menolak untuk bernegosiasi, mengira
bahwa pemecahan konflik tersebut menuntut mereka untuk mengubah nilai-nilai
hidup. Dalam kenyataan, dengan memberi kesempatan kepada orang yang bertikai
untuk menjernihkan nilai-nilai hidup mereka dan merasa bahwa mereka telah
didengarkan serta dipahami seringkali langkah itu dapat membuat mereka
meniggalkan sikap defensif dan belajar hidup bersama dengan saling menerima
berbagai perbedaan yang ada di antara mereka.
3. Strategi penyelesaian konflik
1. Menghindar
Menghindari konflik dapat dilakukan
jika isu atau masalah yang memicu konflik tidak terlalu penting atau jika
potensi konfrontasinya tidak seimbang dengan akibat yang akan ditimbulkannya.
Penghindaran merupakan strategi yang memungkinkan pihak-pihak yang
berkonfrontasi untuk menenangkan diri.namun pendekatan ini menurut saya kurang
baik,kenapa ? kalau kita menghindari konflik yang terjadi bukankah nantinya
malah akan menimbulkan konflik yang lebih besar. Lebih baik menerima konflik
tersebut lalu meluruskan permasalahannya lalu diskusikan agar tidak menimbulkan
masalah yang lebih besar.
2. Mengakomodasi
Memberi kesempatan pada orang lain
untuk mengatur strategi pemecahan masalah, khususnya apabila isu tersebut
penting bagi orang lain. Hal ini memungkinkan timbulnya kerjasama dengan
memberi kesempatan pada mereka untuk membuat keputusan. Perawat yang menjadi
bagian dalam konflik dapat mengakomodasikan pihak lain dengan menempatkan
kebutuhan pihak lain di tempat yang pertama.
3. Kompetisi
Gunakan metode ini jika anda percaya
bahwa anda memiliki lebih banyak informasi dan keahlian yang lebih dibanding
yang lainnya atau ketika anda tidak ingin mengkompromikan nilai-nilai anda.
Metode ini mungkin bisa memicu konflik tetapi bisa jadi merupakan metode yang
penting untuk alasan-alasan keamanan.
4. Kompromi atau Negosiasi
Masing-masing memberikan dan
menawarkan sesuatu pada waktu yang bersamaan, saling memberi dan menerima,
serta meminimalkan kekurangan semua pihak yang dapat menguntungkan semua pihak.
5. Memecahkan Masalah atau Kolaborasi
Pemecahan sama-sama menang dimana
individu yang terlibat mempunyai tujuan kerja yang sama dalam penyelesain
masalahnya.
4. Metode Penyelesaian Konflik
Ada
beberapa metode yang dapat digunakan untuk menyelesaikan konflik, yaitu:
- Competition
; Apabila terdapat indikasi salah satu pihak berusaha mencapai tujuan
tanpamenghiraukan pihak lain, maka metode kompetisi dapat diterapkan.
Aturan main ditentukan secara transparan dan proposional. Semua pihak
dipersilahkan berlomba mencapai tujuan berdasarkan kriteria yang
ditentukan. Apabila konflik terjadi dalam organisasi formal, pihak yang
berkuasa cenderung memanfaatkan kekuasaannya untuk merekayasa kriteria
dalam aturan main yang menguntungkan penguasa.
- Avoidance
; Salah satu pihak yang berselisih menarik/memisahkan diri atau berusaha
menekan konflik yang terjadi. Hal itu dapat terjadi bila dilakukan oleh
pihak yang mempunyai kepribadian dan jiwa besar.
- Accomodation
; Salah satu pihak yang berselisih berusaha mengalah. Dengan kata lain,
memenuhi tuntutan pihak yang bertentangan. Biasanya tindakan itu dilakukan
demi terpeliharanya hubungan baik.
- Compromise
; Kedua belah pihak yang berselisih sama-sama bersedia untuk berkorban
melalui kompromi. Jadi, lebih mengedepankan kepentingan bersama/umum.
Metode ini berusaha untuk mengatasi konflik dengan mencari format baru
tanpa memenangkan atau mengalahkan pihak manapun.
- Collaboration
; Pendekatan metode ini berupaya memberikan keuntungan bagi semua pihak
dengan jalan mengatasi masalah melalui pemecahan masalah bersama.
5. Motivasi
Motivasi
adalah proses yang menjelaskan
intensitas, arah,
dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya. Tiga elemen utama
dalam definisi ini adalah intensitas, arah, dan ketekunan.
Berdasarkan teori hierarki kebutuhan Abraham
Maslow, teori X dan Y Douglas McGregor maupun teori motivasi kontemporer, arti
motivasi adalah alasan yang
mendasari sebuah perbuatan yang dilakukan oleh seorang individu. Seseorang
dikatakan memiliki motivasi tinggi dapat diartikan orang tersebut memiliki
alasan yang sangat kuat untuk mencapai apa yang diinginkannya dengan mengerjakan
pekerjaannya yang sekarang. Berbeda dengan motivasi dalam pengertian yang
berkembang di masyarakat yang seringkali disamakan dengan semangat, seperti contoh dalam
percakapan "saya ingin anak saya memiliki motivasi yang tinggi".
Statemen ini bisa diartikan orang tua tersebut menginginkan anaknya memiliki
semangat belajar yang tinggi. Maka, perlu dipahami bahwa ada perbedaan
penggunaan istilah motivasi di masyarakat. Ada yang mengartikan motivasi
sebagai sebuah alasan, dan ada juga yang mengartikan motivasi sama dengan
semangat.
Dalam hubungan antara motivasi dan intensitas,
intensitas terkait dengan seberapa giat seseorang berusaha, tetapi intensitas
tinggi tidak menghasilkan prestasi kerja yang memuaskan kecuali upaya tersebut
dikaitkan dengan arah yang menguntungkan
organisasi. Sebaliknya elemen yang
terakhir, ketekunan, merupakan ukuran mengenai berapa lama seseorang dapat
mempertahankan usahanya.
6. Teori Motivasi
Teori
motivasi yang paling terkenal adalah hierarki teori kebutuhan milik Abraham
Maslow. Ia membuat hipotesis bahwa dalam setiap diri manusia terdapat
hierarki dari lima kebutuhan, yaitu fisiologis (rasa lapar, haus, seksual, dan
kebutuhan fisik lainnya), rasa aman (rasa ingin dilindungi dari bahaya fisik
dan emosional), sosial (rasa kasih sayang, kepemilikan, penerimaan, dan
persahabatan), penghargaan (faktor penghargaan internal dan eksternal), dan aktualisasi
diri (pertumbuhan, pencapaian potensi seseorang, dan pemenuhan diri sendiri).
Maslow memisahkan lima kebutuhan ke
dalam urutan-urutan. Kebutuhan fisiologis dan rasa aman dideskripsikan sebagai
kebutuhan tingkat bawah sedangkan kebutuhan sosial, penghargaan, dan
aktualisasi diri sebagai kebutuhan tingkat atas. Perbedaan antara kedua
tingkat tersebut adalah dasar pemikiran bahwa kebutuhan tingkat atas dipenuhi
secara internal sementara kebutuhan tingkat rendah secara dominan dipenuhi
secara eksternal. (Maslow. (Inggris)A. Motivation and
Personality. New York: Harper & Row, 1954, hal. 57-67.)
- Kebutuhan fisiologis (rasa lapar, rasa haus, dan
sebagainya)
- Kebutuhan rasa aman (merasa aman dan terlindung, jauh
dari bahaya)
- Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki
(berafiliasi dengan orang lain, diterima, memiliki)
- Kebutuhan akan penghargaan (berprestasi, berkompetensi,
dan mendapatkan dukungan serta pengakuan)
- Kebutuhan aktualisasi diri (kebutuhan kognitif:
mengetahui, memahami, dan menjelajahi; kebutuhan estetik: keserasian,
keteraturan, dan keindahan; kebutuhan aktualisasi diri: mendapatkan
kepuasan diri dan menyadari potensinya)
Bila
makanan dan rasa aman sulit diperoleh, pemenuhan kebutuhan tersebut akan
mendominasi tindakan seseorang dan motif-motif yang lebih tinggi akan menjadi
kurang signifikan. Orang hanya akan mempunyai waktu dan energi untuk menekuni
minat estetika dan intelektual, jika kebutuhan dasarnya sudah dapat dipenuhi
dengan mudah. Karya seni dan karya ilmiah tidak akan tumbuh subur dalam
masyarakat yang anggotanya masih harus bersusah payah mencari makan,
perlindungan, dan rasa aman.
Prinsip
pikiran Abraham Maslow berangkat dari kebutuhan manusia yang disusun secara
hierarki dari kebutuhan fisiologis sampai kebutuhan pemenuhan diri. Abraham
maslow menekankan prilaku manusia disebabkan oleh motivasi tertentu yang
bergerak secara sistematis demi sebuah “grows need” atau pemuasan kebutuhan
Sumber :
expresisastra.blogspot.com/2014/01/teori-teori-motivasi-menurut-para-ahli.html